Di
Indonesia, badminton dikenal juga sebagai bulutangkis. Perkembangan
bulutangkis di Indonesia terkait dengan adanya kesadaran bahwa olahraga
dapat membawa nama harum bangsa Indonesia di dunia. Oleh karenanya
mulailah didirikan berbagai perkumpulan. Di Jakarta, berdiri perkumpulan
bulu tangkis yakni Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada
tanggal 20 januari 1947. PORI Pusat pada saat itu berkedudukan di
Yogyakarta. Ketua PORI adalah Tri Tjondokusumo. Pada zaman Belanda,
persatuan bulutangkis tersebut dinamakan BBL (Bataviasche Badminton
Leaque) yang kemudian di lebur menjadi BBU (Bataviasche Badminton Unie
). BBU secara umum diikuti oleh orang-orang keturunan Tionghoa yang
mempunyai kesadaran nasional tinggi. Lalu, mereka mengubah BBU menjadi
Perbad (Persatuan Badminton Djakarta) yang diketuai oleh Tjoang Seng
Tiang.
Pada
tahun 1949 Perbat bertukar pikiran dengan para tokoh bulu tangkis
Indonesia, antara lain Sudirman Liem Soei Liong, E. Sumantri, Ramli
Rakin, Ang Bok Sun, dan Khow Dji Hoe. Selanjutnya agar organisasi ini
menjangkau seluruh Indonesia, Sudirman dan rekan-rekannya menghubungi
teman-temannya di seluruh Indonesia untuk mendirikan perkumpulan bulu
tangkis. Pada 5 mei 1951 barulah dapat dibentuk Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia (PBSI).
Untuk
selanjutnya Indonesia mulai masuk secara resmi di IBF pada tahun 1953.
Empat tahun kemudian Indonesia baru mengikuti piala Thomas tahun
1957-1958.
Pada
tahun 1950-an , bulutangkis sudah menjadi permainan tingkat nasional
dan dimainkan diseluruh kota di Indonesia, khususnya di Sumatera, jawa,
Sulawesi, dan Kalimantan.Setelah sempat berhenti pada masa penjajahan
jepang, olahraga ini kembali dimainkan tidak lama setelah Indonesia
merdeka. Pertandingan antar kota sudah mulai diadakan, walau hanya antar
perkumpulan. Penyebaran bulutangkis di tanah air, antara lain dapat
dilihat dalam pekan olahraga nasional (PON) I di Surakarta tahun 1948
yang diikuti banyak wilayah (karesidenan).
Di
jawa barat, selain Bandung, Tasikmalaya, dan Cirebon, di Cianjur
bulutangkis juga berkembang meskipun belum pernah menghasilkan jago yang
berkiprah di tingkat nasional. Di kota kecil itu disebutkan ada
delapan klub, dengan dua klub memiliki pemain baik yakni PB Chung Hua
dan PB Hudaya